Berbekal modal Rp 200 ribu, Elvy Yusanti (51), nekad berjualan kue kroket. Modal sebesar itu ia gunakan terutama untuk membeli bahan-bahan pokok dan mendaftar aplikasi jualan online.
Ibu dua anak lelaki itu mengaku mahir membuat kroket karena terbiasa membantu ibunya, Siti Zaenab, semasa masih tinggal di Malang. Sang ibu punya usaha jajanan pasar sejak 1976 hingga wafat pada 1993.
"Sebetulnya gak cuma kroket sih, karena ibu itu setiap harinya dulu memproduksi sekitar 20 jenis kue. Saya selalu terlibat membantunya," tutur Elvy Yusanti saat berbincang dengan detikcom, akhir pekan lalu.
Dia punya alasan kenapa tidak memproduksi resoles, lumpia, bikang, atau nagasari yang juga mahir dibuatnya. Elvy mengaku lebih tertarik berjualan kroket karena isiannya bisa dibuat variatif. Kue ini juga yang paling sering dibuatnya untuk cemilan anak-anak di rumah. Juga kerap dihidangkan bila ada tamu.
Dari komentar dan saran tetamu serta teman-teman yang pernah mencicipi kroket bikinannya itulah dia akhirnya membuka usaha ini.
"Mereka bilang enak, lembut, bergizi, anyeess deh di perut. Cobain deh" ujanya seraya menyorongkan kotak warna merah bertuliskan "TiZa Kroket".
Klaimnya tak berlebihan. Apalagi cemilan itu dikudap dengan saos dan cabe rawit. Setiap kotak berisi 10 butir kroket isi smoked beef keju. Mantan wartawati sebuah media online ini menjualnya Rp 60 ribu per kotak. Tapi untuk yang frozen alias mentahan atau belum digoreng dijual Rp 30 ribu per enam butir. Dalam sehari dia bisa menjual hingga 100-150 kotak.
Tak seperti para wirausaha yang lain, Elvy tak mau terlalu membesar-besarkan cuan yang didapatnya. Sebab keuntungan di luar materi justru dirasakan lebih besar dia dapatkan. Selain bisa membiayai kuliah si sulung dan sekolah anak keduanya, kini dia lebih punya banyak waktu untuk keluarga.
"Dari sisi materi, cuan yang didapat memang lumayan meroket lah ya dibanding gaji bulanan sebelumnya. Tapi sekarang kan jam kerja lebih terukur, waktu untuk anak-anak lebih banyak, dan aku bisa punya banyak 'Me Time'. Itu cuan terbesar yang aku dapetin sekarang," tuturnya bangga.
Dia tak berlebihan. Selain mengaku bisa berenang dua kali sepekan, juga trekking bersama keluarga atau teman-temannya setiap bulan. Sambil menyalurkan hobinya itu, Elvy Yusanti biasa memotret kemasan TiZa Kroket dengan latar alam yang dikunjunginya sebagai bahan promosi di media sosial.
Sebelumnya Elvy Yusanti pernah membuka lapak di kawasan Tebet Raya. Sebelum pandemi covid-19 malah ada yang mengajukan untuk franchise. Mungkin karena jarak antara Tebet dengan kediamannya di Rangkapan Indah, Pancoran Mas, Depok cukup jauh, dia tak dapat mengontrol gerainya dengan baik. Apalagi kemudian pandemic covid-19 yang berkepanjangan menambah bebannya kian berat.
Sejak beberapa bulan lalu dia akhirnya fokus hanya berjualan secara online. Untuk permintaan franchise sementara dia siasati dengan melayani reseller. Saat ini dia sudah punya reseller di Bintaro, Ciputat, dan Jakarta Barat. Atas nasehat sepupunya yang bekerja di BRI, dalam waktu dekat dia akan kembali membuka gerai di titik yang lebih terjangkau.
"Dari pengalaman sebelumnya, bisnis macam ini harus memang harus dikontrol dengan lebih ketat. Gak cuma mengandalkan orang kepercayaan," ujarnya.
Ikhwal nama TiZaKroket, Elvy Yusanti menyebutnya merupakan kependekan dari nama sang ibunda. Ti dari Siti, Za dari Zaenab. "Agar energi positif ibu selalu tercurah untuk usaha yang saya jalankan," ujarnya.
Selain Smoked Beef Keju, TiZa Kroket punya enam varian rasa lain yakni Ragout Beef, Hot Tuna, Udang Mayo, Jamur Lada Hitam, Kornet Keju, dan Kroket Rendang.
"Kroket memang bukan makanan asli Indonesia, tetapi saya ingin kroket bisa dikenal luas dengan cita rasa Indonesia. Ke depan saya akan melengkapi dengan varian lain berbasis makanan tradisional Indonesia," paparnya.
Simak Video "Dwi Andhika Akui Sempat Khawatir Buka Bisnis di Masa Pandemi "
[Gambas:Video 20detik]
(jat/zlf)
Rezeki Meroket Berkat Kue Kroket - detikFinance
Read More
No comments:
Post a Comment