Kue Keranjang Imlek merupakan salah satu makanan khas yang dianggap wajib tersedia dalam perayaan tahun baru Imlek. Dalam bahasa Mandarin, Kue Keranjang disebut Nian Gao. Sementara di Indonesia, Kue Keranjang ada juga yang menyebutnya dengan Kue Ranjang atau Kue Bakul.
Sebagai salah satu hal yang identik dengan perayaan tahun baru Imlek, Kue Keranjang tentunya memiliki arti hingga sejarahnya tersendiri. Untuk mengetahui lebih lanjut, simak serba-serbi seputar Kue Keranjang Imlek berikut ini:
Mengutip dari situs Jakarta Tourism, Kue Keranjang dalam bahasa Mandarin disebut sebagai Nian Gao (年糕) atau dalam dialek Hokkian disebut Ti Kwe (甜棵). Arti Kue Keranjang adalah kue yang terbuat dari tepung ketan dan gula, serta mempunyai tekstur yang kenyal dan lengket. Penamaan Kue Keranjang ini berasal dari wadah cetaknya yang berbentuk keranjang.
Kue Keranjang Imlek adalah salah satu kue khas yang wajib ada dalam perayaan tahun baru Imlek. Kue Keranjang mulai dipergunakan sebagai sesaji pada upacara sembahyang leluhur, tujuh hari menjelang tahun baru Imlek (廿四送尫 Ji Si Sang Ang), dan puncaknya pada malam menjelang tahun baru Imlek. Sebagai sesaji, biasanya Kue Keranjang Imlek tidak dimakan sampai perayaan Cap Go Meh (malam ke-15 setelah tahun baru Imlek).
Kue Keranjang Imlek | Foto: Getty Images/iStockphoto/powershot
|
Filosofi Kue Keranjang dalam Perayaan Imlek
Menurut kepercayaan masyarakat Tionghoa, pada awalnya Kue Keranjang ini ditujukan sebagai hidangan untuk menyenangkan Dewa Tungku (竈君公 Cau Kun Kong) agar membawa laporan yang menyenangkan kepada Raja Surga (玉皇上帝 Giok Hong Siang Te).
Selain itu, Kue Keranjang memiliki makna yang mendalam. Bentuk Kue Keranjang yang bulat bermakna agar keluarga yang merayakan tahun baru Imlek tersebut dapat terus bersatu, rukun dan bulat tekad dalam menghadapi tahun yang akan datang.
Tak hanya maknanya dari segi bentuk, seperti dilansir situs Humas Jateng, makna rasa Kue Keranjang yang manis ketika disantap melambangkan harapan bagi yang menyantap kue tersebut akan selalu keluar tutur kata yang baik ketika mulut berucap.
Di negeri asalnya, Cina sendiri, terdapat kebiasaan untuk menyantap Kue Keranjang terlebih dahulu ketika tahun baru Imlek agar mendapatkan keberuntungan. Setelah menyantap Kue Keranjang Imlek, barulah mulai menyantap makanan lainnya seperti nasi dan makanan lainnya.
Sejarah Kue Keranjang dalam Perayaan Imlek
Melansir situs China Highlight, sejarah Kue Keranjang Imlek biasa dikaitkan dengan Legenda Dewa Dapur. Kala itu masyarakat Tionghoa, menggunakan kue sebagai persembahan licik kepada Dewa Dapur, yang diyakini bersemayam di setiap rumah.
Menurut legenda, setiap tahunnya Dewa Dapur ini membuat laporan kepada Kaisar Giok. Masyarakat menawarkan Nian Gao atau Kue Keranjang sebagai 'tutup mulut' untuk mencegah Dewa Dapur mengejek rumah mereka. Oleh karena itu, Kue Keranjang atau Nian Gao dipersiapkan untuk persembahan sebelum tahun baru Imlek.
Menurut legenda lain, asal-usul Kue Keranjang atau Nian Gao muncul sejak sekitar 2.500 tahun lalu. Legenda menyebut, setelah kematian Jenderal dan Politikus Kerajaan Wu bernama WU Zixu, Raja Yue bernama Goujian menyerang ibu kota Wu. Hal ini membuat tentara dan warga Wu terjebak di kota yang pada saat itu tidak ada makanan dan membuat banyak orang mati kelaparan selama pengepungan.
Sebelum kematiannya, Wu Zixu sempat mengatakan jika membutuhkan makanan bisa menggali tiga kaki di bawah tembok kota. Mengingat ucapan itu, para prajurit melakukan apa yang diperintahkan dan menemukan bahwa pondasi tembok dibangun dari batu bata khusus yang terbuat dari tepung beras ketan. Akhirnya, fondasi itu berhasil menyelamatkan banyak orang dari kelaparan.
Sejak saat itu, orang membuat Kue Keranjang atau Nian Gao setiap tahun untuk memperingati Wu Zixu. Dalam perkembangannya, Kue Keranjang atau Nian Gao menjadi hidangan khas dalam perayaan tahun baru Imlek.
Lihat juga video 'Geliat Pengusaha Kue Keranjang di Bandung Jelang Imlek':
Mengenal Arti Kue Keranjang dalam Perayaan Imlek dan Sejarahnya - detikNews
Read More
No comments:
Post a Comment