"Untuk menu buka puasa pada momen Ramadan kami mengajak para pedagang kue tradisional sebagai bentuk kepedulian pada pelaku usaha kecil, sekaligus memberdayakan umat," kata Ketua Yayasan Masjid Nurul Ittihad, Kalukuang Prof Dr Hasrullah di Makassar, Minggu.
Dia mengatakan, dengan menghadirkan menu khas tradisional Bugis Makassar ini, sekaligus memperkenalkan kue tradisional tersebut kepada generasi penerus yang lebih banyak mengenal jajanan kekinian.
Menurut dia, dua jenis kue tradisional yakni buroncong atau kue pancong dan bassang yang berbahan dasar jagung pulut harus dilestarikan sebagai hasil karya budaya nusantara.
Sementara itu, H Karim Amrullah yang merupakan salah seorang pendiri masjid yang juga keluarga pejuang melawan Westerling seusai kemerdekaan tahun 1948 menyebutkan, nilai kejuangan dari 10 orang pendiri masjid masih mengalir pada para pengurus dan warga Kalukuang.
Hal itu terbukti dari kepedulian membantu masyarakat kecil dan juga semangat untuk membangun masjid yang sudah keempat kalinya dibangun dengan dana swadaya dari masyarakat setempat dan juga warga Sulawesi Selatan yang merantau di berbagai daerah.
Sebagai gambaran, kata pelaku sejarah ini, awal pembangunan masjid pada Tahun 1948 diprakarsai oleh para pejuang yang berada di sekitar kalukuang.
Selanjutnya pada tahun 1966 dilakukan renovasi, kemudian dilakukan pembangunan pada 1978 dengan dana swadaya masyarakat.
"Selanjutnya pada 11 Januari 2021 dilakukan peletakan batu pertama pembangunan ulang dan kini sudah 99 persen masjid pejuang ini rampung dan menelan biaya hingga Rp5,4 miliar," katanya.
Sementara itu, salah seorang pedagang kue tradisional Suriati mengatakan, sangat bersyukur dilibatkan dalam menyiapkan menu khas Bugis Makassar.
Sebelumnya, lanjut dia, ia hanya menjajakan kue Buroncong berkeliling dari kompleks ke kompleks untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan biaya sekolah untuk tiga orang anaknya.
Pewarta: Suriani Mappong
Editor: Maswandi
COPYRIGHT © ANTARA 2023
Masjid pejuang Nurul Ittihad berdayakan pedagang kue tradisional - ANTARA
Read More
No comments:
Post a Comment