BATU – Jelang Hari Raya Idul Fitri 1444 H tahun ini, sejumlah jajanan khas Kota Batu ramai dipesan untuk suguhan Lebaran. Maka, pelaku usaha jajanan ini pun banjir order. Kini mereka ngebut memproduksi untuk memenuhi permintaan.
Jajan hasil produksi warga Kota Batu jumlahnya cukup banyak. Namun yang cukup ikonik adalah ladu, keripik apel, dan minuman sari apel, jenang apel dan lainnya.
Untuk kue ladu berasal dari Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji. Ini termasuk jajanan yang jarang ada di tempat lain. Sehingga ladu punya potensi untuk terus dikembangkan. Agar jajanan khas Kota Batu ini semakin dikenal oleh masyarakat khususnya para wisatawan.
Setiap tahun jelang Lebaran, jajanan ladu laris manis dipesan untuk sajian Lebaran. Salah satu pemilik usaha kue ladu Ratih Rohaely Buri mengatakan, dia memulai membuat ladu pada tahun 2018.. “Ladu ini terbuat dari beras ketan yang ditumbuk hingga halus di sebuah batu lumpang kemudian dijemur lalu dioven,” terang perempuan asal Bandung ini.
Ratih bersama suaminya Sungkono menjadi generasi pewaris resep ladu zaman dulu yang bertahan hingga sekarang. Dalam usaha ladu tersebut dia memiliki 6 orang pekerja. Selama Ramadan ini mereka harus lembur membuat ladu. Setiap hari mereka bekerja mulai dari jam 7 pagi hingga jam 4 sore.
“Tahun lalu ada 6 ribu bungkus yang pesan ladu. Namun, sekarang baru 4 ribu bungkus,” ungkapnya. Untuk harga per bungkusnya yakni Rp 86 ribu yang berisikan setengah kilogram ladu.
Menurut Ratih, penurunan pesanan ladu tahun ini karena persaingan banyaknya jajanan Lebaran yang dijual melalui online. Akan tetapi, dia tetap optimistis hingga akhir Lebaran nanti pesanan semakin bertambah dan tembus 6 ribu bungkus.
“Peminat ladu ini justru dari luar Kota Batu, seperti Jombang dan Pasuruan. Rata-rata mereka memesan 10, 20, bahkan 50 kilogram,” ucap ibu tiga anak ini.
Saat ditanya perolehan omzet selama Ramadan hingga Lebaran, dia mengaku lumayan untuk kebutuhan hidup sehari-hari. “Omzet bisa mencapai Rp 50 jutaan selama Ramadan. Dari omzet tersebut sebagian akan digunakan untuk beli bahan beras ketan dan sebagainya,” imbuh Ratih.
Untuk kue ladu ini, Ratih punya harapan besar untuk melestarikannya sebagai jajanan khas Kota Batu. “Karena di sini kampung ladu, maka kami ingin kue ladu bisa dikenal lebih luas lagi ke luar daerah Malang Raya. Kami juga ingin ladu bisa masuk ke toko oleh-oleh di tempat wisata,” harapnya. (ifa/lid).
Pembuat Kue Ladu Terima Pesanan 4 Ribu Bungkus - Radar Malang
Read More
No comments:
Post a Comment