Daftar Isi
Pallu butung adalah makanan khas Bugis, Sulawesi Selatan (Sulsel) yang terbuat dari bahan dasar pisang yang hampir mirip dengan olahan es pisang ijo. Olahan ini identik dengan rasanya yang manis dan legit dengan teksturnya yang lembut.
Kuliner ini memiliki cita rasa yang sangat khas dengan baluran saus santan. Saus pallu butung ini kerap disajikan dengan sirop DHT dan es batu sehingga sangat cocok untuk menyegarkan tenggorokan.
Perbedaan antara pallu butung dan pisang ijo terletak pada pisangnya. Pisang pada olahan pallu butung tidak dibalut dengan adonan tepung, sedangkan pisang pada olahan es pisang ijo dibalut dengan adonan tepung yang berwarna hijau.
Pallu butung diperkirakan sudah ada sejak abad ke-17 dan merupakan makanan hasil kreasi. Lantas bagaimana asal-usul, filosofi, serta cara membuat pallu butung? Berikut penjelasan lengkapnya.
Asal Usul dan Filosofi Pallu Butung
Pallu butung merupakan makanan tradisional khas Sulawesi Selatan (Sulsel) yang telah ada sejak abad ke-17. Pallu butung berasal dari dua kata yaitu 'pallu' yang berarti pasak dan 'butung' yang berarti pisang yang sudah masak.
Budayawan Bugis-Makassar Universitas Hasanuddin (Unhas) Dr Firman Saleh menjelaskan bahwa dalam bahasa Makassar, makanan ini dikenal dengan sebutan pallu butung. Sedangkan dalam bahasa Bugis, makanan ini disebut dengan bella butung.
"Pallu artinya pasak, butung artinya pisang yang sudah matang. Jadi pallu butung artinya masakan pisang yang sudah matang. Bukan butung yang hangus yah, tapi ini butung yang sudah masak. Dalam bahasa Makassar itu dia disebut pallu butung, tapi dalam bahasa bugis dia disebut bella butung." tutur Firman kepada detikSulsel, Selasa (4/4/2023).
Firman juga menjelaskan bahwa pallu butung sudah dikenal oleh masyarakat Sulawesi Selatan sejak zaman penjajahan tepatnya abad ke-17. Pada masa itu, masyarakat Sulsel tengah menghadapi masalah kelangkaan beras, sehingga makanan ini dibuat sebagai hasil kreasi penggabungan pisang yang dicampur dengan tepung dan santan.
"Kalau tahunnya tidak ada yang tahu pasti kapan awal adanya ini pallu butung. Tapi pallu butung ini sudah ada pada saat beras itu langkah di Sulawesi Selatan. Nah, dalam sejarah atau dalam kisah disebutkan bahwa kondisi ini terjadi pada saat penjajahan yah, itu artinya di abad-abad ke-17. Dan ini merupakan masakan kreasi antara mencampurkan pisang dengan tepung dan santan, kemudian dimasak." jelas Firman.
Selain sejarah pallu butung, Firman juga menjelaskan tentang filosofi bahan baku pallu butung yang melambangkan bahwa akan ada kehidupan apabila kekuatan dan kenikmatan saling menyatu. Hal ini tergambar dari bahan pisang yang berarti kehidupan, bahan terigu yang berarti kekuatan, serta bahan santan yang berarti kenikmatan.
"Kalau pisang itukan simbol kehidupan, kalau terigu itu simbol kekuatan, kalau santan itu simbol kenikmatan. Jadi kalau dia dicampur, masyarakat akan menganggap bahwa kehidupan akan ada apabila disatukan antara adanya kekuatan dan kenikmatan," kata Firman.
Lebih lanjut, ia juga mengatakan bahwa dalam proses pembuatan pallu butung, ternyata ada teknik khusus dan bahan rahasia yang bisa menambah cita rasa makanan ini.
"Saya pernah menanyakan langsung, apakah pisang kemudian santan, terigu, langsung dimasukkan bersamaan? Ternyata teknik yang digunakan adalah dimasak dulu tepungnya dengan santannya. Nanti setelah merata sambil dimasak, barulah dimasukkan pisangnya supaya tekstur pisangnya tidak hancur dan tetap utuh. Itu cara memasaknya. Dan ada rahasianya juga untuk membuat pallu butung, jangan lupa diberikan sedikit garam," jelas Firman.
Untuk penyajian pallu butung sendiri, Firman mengatakan bahwa makanan ini idealnya disajikan di piring atau di mangkok dan disantap menggunakan sendok. Biasanya pallu butung akan disajikan dalam acara-acara ritual atau tradisi seperti akikah, perkawinan, hingga acara mappatettong bola (mendirikan rumah).
"Kalau disajikan, pallu butung disajikan menggunakan piring atau mangkok, dan selalu disiapkan sendok. Pallu butung biasanya disajikan sebelum dilaksanakannya acara-acara ritual atau tradisi. Contoh misalnya ada orang mau akikah, satu hari atau dua hari sebelum acara, itu disajikan pallu butung. Kemudian dalam perkawinan juga sebelumnya disajikan pallu butung, dalam acara mappatettong bola juga disajikan pallu butung," kata Firman.
Cara Membuat Pallu Butung
Cara membuat pallu butung terbilang cukup gampang dan bahannya pun mudah didapatkan. Berikut bahan dan cara membuat pallu butung khas Bugis yang manis dan legit.
Bahan Pallu Butung
- 10 buah pisang kepok yang dikukus dan dipotong-potong.
- 75 gr tepung beras
- 800 ml santan kelapa
- 2 sdm gula pasir
- 2 sdt garam
- 1 lembar daun pandan
- Sirop DHT/Sirup cocopandan secukupnya
Cara Membuat Kuah Pallu Butung
- Pertama-tama, campur tepung beras, gula, garam, dan santan ke dalam panci.
- Kemudian aduk hingga rata.
- Setelah itu, rebus adonan tepung dan santan tersebut menggunakan api kecil.
- Kemudian masukkan daun pandan ke dalam adonan kuah pallu butung.
- Masak adonan sambil terus diaduk-aduk sampai kental dan meletup-letup.
- Apabila adonan sudah mengental, angkat dan diamkan hingga dingin.
Nah, itulah tadi penjelasan tentang cara membuat pallu butung lengkap dengan cara membuatnya. Semoga bermanfaat!
Simak Video "Penipu Makan Korban Pedagang dan Pembeli Kemiri 1 Ton di Makassar"
[Gambas:Video 20detik]
(urw/hsr)
Pallu Butung, Kue Khas Bugis dari Olahan Pisang yang Manis dan Menyegarkan - detikcom
Read More
No comments:
Post a Comment