Kue keranjang menjadi makanan yang tidak bisa dipisahkan dari perayaan Tahun Baru Imlek. Perajin kue keranjang di Solo pun mulai kebanjiran pesanan jelang perayaan Imlek tahun ini.
Salah satu produsen kue keranjang yang masih eksis hingga generasi kedua yaitu Ratna Anggraini (50). Ia mulai melanjutkan bisnis kue keranjang Mini Bakery sejak 2010.
Sebelumnya, usaha kue keranjang miliknya itu dipegang sang ayah, yang sudah dimulai sejak 1986. Hingga kini, Ratna pun masih mempertahankan pembuatan kue keranjang sesuai dengan yang diajarkan ayahnya itu, di tengah maraknya varian kue keranjang yang dibuat dengan cara berbeda-beda.
Saat detikJateng berkesempatan mengunjungi rumahnya yang terletak di Kelurahan Sangkrah, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Solo, Sabtu (27/1/2024), tampak 5 pekerja tengah melakukan proses pembuatan kue keranjang. Mereka sudah mulai mengeluarkan cetakan kue keranjang yang sudah dikukus 12 jam sejak pagi tadi pukul 04.00 WIB.
Salah satu pekerjanya, Satimin (70) baru menata ratusan cetakan kue keranjang yang masih panas. Satimin yang sudah ikut bekerja di Mini Bakery sejak masih bujang itu bertugas menjaga perapian.
"Ini didinginkan sampai besok. Besok (proses) terakhir dari jam 04.00 WIB sampai selesai ya sekitar jam 06.00 WIB paling," tutur kakek dua cucu itu saat ditemui detikJateng, Sabtu (27/1/2024).
Ia mengatakan, dalam membuat kue keranjang, faktor terpenting adalah besaran api. Jika api terlalu besar, produk kue keranjang akan berbentuk tidak sempurna. Sehingga kue keranjang harus dikukus selama benar-benar 12 jam, dan harus sering dicek.
"Nek kebanteren (kalau terlalu besar), nek kesuwen (kalau terlalu lama), nanti bolong-bolong. Karena ngembang terus," ujarnya.
Di ruang produksi seukuran 450 meter persegi itu, Ratna menjelaskan bahwa pembuatan kue keranjang ada 4 tahap. Mulai dari pembuatan adonan, pengukusan, pendinginan, hingga finishing. Adonan yang digunakan hanyalah tepung ketan yang ia giling sendiri, dan gula berkualitas baik.
"Kita bikinnya benar-benar gula campur ketan. Ketan juga giling sendiri, jadi bukan pakai ketan instan. Kita benar-benar ketan itu mendatangkan dari pasokannya di desa langsung, terus kita punya alat giling sendiri," terang Ratna.
Adonan diaduk terlebih dahulu untuk kemudian dimasukkan ke dalam cetakan, dan dikukus di tungku sebesar 3 meter selama 12 jam mulai pukul 04.00 WIB pagi hingga 16.00 WIB sore. Setelah itu kue keranjang didinginkan semalaman, baru memasuki proses finishing atau pengemasan.
Perajin kue keranjang khas imlek di Solo, Sabtu (27/1/2024). Foto: Arina Zulfa Ul Haq/detikJateng
|
Ratna mengaku, sebelumnya sudah memiliki restoran dan bisnis kuliner di Jakarta. Namun ia memilih untuk pulang ke Solo dan meneruskan bisnis ayahnya yang sudah dijalankan puluhan tahun itu. Resep autentik milik ayahnya pun tetap ia pertahankan di tengah banyaknya modifikasi kue keranjang.
Tak mudah baginya menggeluti usaha kue keranjang. Terlebih di tengah melambungnya harga bahan baku, ia harus tetap mempertahankan kualitas kue keranjangnya dengan menaikkan harga kue keranjangnya dari Rp 45.000 per kg menjadi Rp 50.000 per kg.
"Kayaknya ada penurunan (pesanan), karena dari harga saya banyak naik. Bahan baku naik semua, gula naiknya tinggi, terus ketan juga tinggi. Mau nggak mau harga kan naik," terangnya.
"Dengan kondisi ekonomi seperti ini, kayaknya sih banyak menurun. Tapi nggak tahu nanti kalau last minute, kadang dadakan," sambungnya.
Ia mengatakan, pesanan memang sudah berdatangan sejak Desember. Akan tetapi tidak sebanyak dulu. Jika dulu produksi kue keranjang bisa mencapai 5 ton, tahun ini produksi kue keranjang baru bisa mencapai 1-2 ton.
Dalam sekali produksi sendiri, paling sedikit Ratna bisa memproduksi 1-2 kuintal kue keranjang. Seperti hari ini yang menjadi proses ke-4, Ratna sudah berhasil membuat 1,1 kuintal kue keranjang.
Seiring berkembangnya zaman, Ratna juga mencoba membuat inovasi-inovasi baru seperti memperjualbelikan dagangannya itu di platform jual beli online, hingga membuat variasi kue keranjang kacang. Tak disangka, varian tersebut ternyata sukses jadi incaran, hingga ada 125 kg pesanan untuk varian kue keranjang kacang itu sendiri.
"Cuma penambahan kacang aja, tapi untuk rasa tetap original. Saya nggak mau yang lain-lain, orang kan pakai perasa, kita kan tidak mau. Kita benar-benar pure ori saja," terangnya.
Ratna menjelaskan, kue keranjang yang memiliki rasa manis sebenarnya menyimpan harapan agar hal-hal baik bisa datang kepada umat yang tengah merayakan hari besar Imlek. Sementara kue keranjang kacang memiliki arti untuk menolak hal-hal buruk.
"Ternyata kalau kue keranjang itu punya makna tolak bala, kalau original itu ya karena rasanya manis ya berharap yang manis-manis," tutur Ratna.
Oleh karena itu, kue keranjang selalu menjadi incaran untuk disantap setiap perayaan Imlek. Tak hanya dibeli untuk bingkisan, kue keranjang juga kerap digunakan sebagai persembahan.
Simak Video "Anime Solo Leveling Rilis 7 Januari, Ajak Petualangan Penuh Aksi"
[Gambas:Video 20detik]
(aku/aku)
Mengintip Pembuatan Kue Keranjang, Kudapan Legit Khas Imlek - detikJateng
Read More
No comments:
Post a Comment