REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Menjelang perayaan Imlek pada 1 Februari mendatang, para pengusaha kue keranjang di Solo mulai mendapatkan pesanan. Namun, lantaran masih dalam situasi pandemi Covid-19, pesanan kue keranjang tahun ini diperkirakan turun dibandingkan tahun sebelumnya.
Salah satu pengusaha kue keranjang, Ratna Anggraini (50), mengaku sudah mendapatkan pesanan kue keranjang untuk perayaan Imlek nanti. Namun, jumlahnya belum signifikan. Biasanya, pesanan akan meningkat sepekan menjelang Imlek.
"Permintaan belum signifikan. Biasanya pandemi begini masih ragu-ragu antara mau pesan atau tidak. Nanti mendekati Imlek sekitar tanggal 25 mulai ada peningkatan order. Beberapa pesanan sudah masuk tapi turun drastis dari tahun lalu," kata Ratna saat dijumpai wartawan di lokasi usahanya di kampung Sangkrah, Kecamatan Pasar Kliwon, Solo, Jawa Tengah.
Dia menyebut, pada perayaan Imlek 2021, pesanan kue keranjang juga turun dibandingkan tahun sebelumnya. Biasanya, penjualan kue keranjang mencapai 6-7 ton setiap perayaan Imlek. Namun, pada Imlek 2021 penjualan hanya sekitar 5 ton.
"Dua tahun pandemi ini orang pengiritan. Mending untuk kebutuhan lain. Biasanya pesan 100 kilogram ini hanya pesan 50 kilogram," imbuhnya.
Untuk sementara ini, dia hanya menyiapkan bahan-bahan untuk memproduksi 2 ton kue keranjang. Namun, jika permintaan meningkat, maka produksi akan ditambah.
"Tahun lalu awal-awal juga tidak ramai, begitu mau Imlek tahu-tahu pesanan naik. Cuma ada penurunan dibandingkan sebelum pandemi," ucapnya.
Selama ini, pesanan kue keranjang berasal dari berbagai wilayah, antara lain Solo, Karanganyar, Sragen, Yogyakarta, Jakarta dan Bali. Selain penjualan langsung, Ratna juga melayani memasarkan kue keranjang secara daring.
Dia menjual kue keranjang secara kiloan. Harga per kilogram dibanderol Rp 42 ribu, naik Rp 2.000 dibandingkan tahun sebelumnya lantaran kenaikan harga bahan.
Setiap satu kilogram biasanya berisi empat bungkus atau dua bungkus kue keranjang. Namun, ada juga konsumen yang memesan 1 kilogram dijadikan tiga bungkus.
"Sekali bikin minimal 150-160 kilogram. Kalau pas ramai kami bisa bikin dua kali adonan menjadi 300 kilogram," ujar dia.
Kue keranjang yang diproduksi Ratna diberi merek Mini Product. Usaha tersebut merupakan warisan dari orang tuanya yang dirintis sejak puluhan tahun lalu.
Ratna menjelaskan, bahan-bahan pembuatan kue keranjang antara lain, tepung ketan, gula, dan madu. Dia mengaku, selama ini proses produksi kue keranjang tetap mempertahankan pakem yang dipegang oleh orang tuanya.
Ketan dibeli langsung dari petani, kemudian digiling sendiri di tempat produksi. Setelah digiling kemudian dibuat adonan bersama bahan lainnya lalu didiamkan selama satu malam. Keesokan harinya, adonan tersebut dicetak lalu dipanggang selama 12 jam sampai warnanya menjadi cokelat.
"Teknik produksi yang masih dipertahankan itu kami menggiling sendiri ketannya, tidak berani beli tepung karena kan tidak tahu kalau ada campurannya. Kemudian, kami memasaknya pakai obor api biasa, mengaduknya pakai tangan. Kalau yang lain ada yang pakai mesin, kami cetaknya kue satu-satu," papar Ratna.
Menurutnya, hal itu menjadi pembeda antara kue keranjang yang dia produksi dengan kue keranjang lainnya. Kue keranjang tersebut bisa awet sampai 2-3 pekan setelah diproduksi. Proses produksi kue keranjang Mini Product tersebut melibatkan 6-7 orang, termasuk Ratna dan ibunya.
Jelang Imlek, Usaha Kue Keranjang Mulai Banyak Pesanan - Republika Online
Read More
No comments:
Post a Comment