Rechercher dans ce blog

Sunday, April 10, 2022

Bukan Nastar dan Kastengel, Ini Kue Khas Lebaran di Indonesia Sebelum Masa Kolonial - Kompas.com - KOMPAS.com

KOMPAS.com - Sebelum nastar, kastengel, putri salju, serta kue kering lainnya menjadi kudapan khas hari raya Idul Fitri, masyarakat Indonesia telah memiliki sajian khusus perayaan Lebaran.

Jika saat ini Idul Fitri identik dengan tradisi menyajikan aneka kue kering, masyarakat Indonesia yang hidup sebelum masa kolonial justru tidak mengenal apalagi menyuguhkan kue kering untuk merayakan Lebaran.

Sebagaimana diberitakan KOMPAS.com pada Sabtu (18/5/2019), Sejarawan Kuliner, Fadly Rahman mengatakan, tradisi menyajikan kue kering baru muncul di Indonesia pada masa kolonial Belanda.

“Dulu masyarakat Indonesia menyajikan kudapan daerah saat Lebaran, seperti opak, apem, maupun rengginang," kata Fadly.

"Namun mereka (kudapan khas daerah) berada di belakang bayang-bayang kue Eropa, seperti kastengel atau nastar yang sekarang sering dijumpai dan dianggap lebih modern, lebih trendy,” imbuhnya.

Baca juga: Telur dari Kulkas Tidak Bisa Jadi Bahan Membuat Kue, Kenapa?

Pengajar program studi Sejarah di Universitas Padjajaran itu menambahkan, kue kering yang dikenal masyarakat Indonesia saat ini pertama kali diproduksi di Indonesia oleh orang Belanda.

“Proses (kue kering) menjadi hidangan lebaran tidak bisa dilepaskan dari interaksi sosial budaya masyarakat Bumi Putera, masyarakat Islam Indonesia, dengan orang-orang Eropa," ujar Fadly.

"Pada abad ke-19 hingga 20, pengaruh budaya Eropa dalam hal kuliner begitu banyak diserap oleh masyarakat Indonesia, di antaranya aneka kue yang secara nama saja bukan nama Indonesia,” ungkapnya.

Sejak saat itu, menurut Fadly, sebagian masyarakat Indonesia mulai terpengaruh budaya kuliner Belanda dan mengalami perubahan selera.

Bahkan, Fadly menuturkan, menyajikan kue kering pada hari Lebaran dapat menunjukkan derajat sosial kepada orang lain.

Baca juga: Rayakan Tahun Baru China dengan Resep 3 Kue Khas Imlek Ini

Pada masa itu, Fadly melanjutkan masyarakat Indonesia kelompok menengah ke atas sudah tidak mau menyuguhkan makanan tradisional yang terbuat dari sagu, tepung beras, tepung ketan, dan sebagainya.

“Masyarakat Indonesia mulai merasa kue tradisional itu teksturnya lengket dan tidak awet, sedangkan kue kering bisa disajikan berhari-hari, berminggu-minggu namun tetap awet untuk disajikan, termasuk dalam momen lebaran,” ungkapnya.

Akan tetapi, saat ini kelompok masyarakat kelas apa pun bisa menyajikan berbagai jenis kue kering saat perayaan hari raya Idul Fitri atau Lebaran, seiring harganya yang relatif terjangkau dan dapat dibuat sendiri di rumah.

(Penulis: Sherly Puspita | Editor: Wahyu Adityo Prodjo)

Sumber: KOMPAS.com

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Adblock test (Why?)


Bukan Nastar dan Kastengel, Ini Kue Khas Lebaran di Indonesia Sebelum Masa Kolonial - Kompas.com - KOMPAS.com
Read More

No comments:

Post a Comment

Siasat bertahan produsen kue keranjang - ANTARA

Jakarta (ANTARA) - Pemilik usaha kue keranjang Hoki, Kim Hin Jauhari, bersiasat untuk mempertahankan bisnis kue khas Imlek yang proses pemb...