Suciono (39), telah memulai usaha menjual kue putu sejak 20 tahun lalu. Dari usahanya itu ia bisa memperoleh omzet Rp 300 ribu per hari.
Ditemui detikBali di rumahnya, lingkungan Ketugtug, Kelurahan Loloan Timur, Kecamatan/Kabupaten Jembrana Bali, Minggu (18/9/2022), Suciono dibantu istrinya Solipah (33) terlihat sedang mempersiapkan bahan pembuatan kue putu yang akan dibawanya keliling seputaran Kota Negara.
"Kalau pagi begini saya pasti lagi proses membuat bahan kuenya. Karena sebentar jam 11 siang saya harus keliling jualan," tutur Suciono pada detikBali.
Berjualan kue putu, lanjut Suciono, adalah usaha turun temurun dari orangtua. Sejak kecil, Bapaknya yang bernama Tarmad (alm) sudah berjualan kue putu keliling di Jembrana. Namun saat itu Suciono masih sekolah dasar di Brebes Jawa Tengah.
"Bapak saya waktu itu sudah jualan di Bali (Jembrana), tapi waktu itu jualan kue dipikul. Saya tamat SMP baru diajak Bapak ke sini (Jembrana)," ungkapnya.
Menurutnya, jualan kue putu ini harus penuh dengan kesabaran. Karena dari proses pembuatan bahan awal kue ini tergolong rumit. Bapak anak satu ini, harus mengolah bahan kue secara manual. Mulai dari pembuatan tepung dari beras, parutan kelapa hingga menyisir gula merah.
"Rumit buat kue putu ini. Jadi mulai pagi sudah membuat bahan (kue) itu, dari jam 6 sampai jam 10-an. Ini serba mendadak, jadi harus dibuat hari ini dan langsung dijual hari ini juga," ungkapnya.
Tidak hanya sampai di situ, saat keliling jualan, kata Suciono, harus lebih bersabar. Pelanggan kadang juga harus menunggu lama, karena sebelum disajikan kue ini harus dimasak lagi menggunakan uap panas.
"Saat itu, sering juga dikomplain pembeli karena menunggu lama. Apalagi pas pembelinya banyak antre. Ya, begitu harus sabar," tuturnya.
Suciono juga menuturkan, dirinya pernah mengalami dagangan kuenya tumpah saat berjualan keliling. "Pernah saat Jualan pas keliling gas kompor habis. Terus saya pergi beli gas, tapi lupa saya kunci roda sepeda gayung. Akhirnya waktu ditinggal sepedanya jalan sendiri, langsung jatuh. Dagangan tumpah semua," kisahnya.
Meski begitu, kue putu yang ia jual sejak 20 tahun lebih, selalu laris diminati pembeli. Setiap hari rata rata 5,5 kilogram tepung kue habis terjual. "Setiap hari keliling 2 sampai 3 kilo meter. Alhamdulillah, peminatnya masih banyak. Kadang baru satu kilo jalan sudah habis kuenya," tuturnya.
Dari segi harga, kue putu ini masih tergolong sangat murah. Untuk 3 biji kue putu hanya Rp 1.000. "Tapi pelanggan tidak ada yang beli seribu, paling sedikit beli Rp 5 ribu. Kalau lima ribu dapatnya 16 biji atau satu bungkus," jelasnya.
Penjualan harga kue putu tak sebanding dengan tingkat kerumitan proses pembuatan kue putu ini. Namun, Suciono tetap ulet dan bersabar menekuni usaha warisan orangtua. Meski kadang sering harus pindah pindah kontrak rumah.
Ketekunan dan keuletannya juga ditunjukkan dengan menjaga kualitas usaha kue ini. Meski banyak bahan tepung buatan pabrik, namun Suciono tetap membuat bahan tepung sendiri. Karena menurutnya, tepung buatan sendiri tanpa bahan pengawet.
Dalam sehari, Suciona menghabiskan 3 butir kelapa, 5,5 kilogram tepung dan 2,5 kilogram gula merah. Adapun omzet yang didapat jika dagangannya habis sekitar Rp 300 ribu.
"Memang buat tepung sendiri yang lebih bagus ketimbang beli tepung jadi. Bahan yang digunakan 5,5 kilo tepung, kelapa 3 butir yang tua dan gula merah 2,5 kilo untuk setiap hari pembuatan. Hasil jualan Rp 300 ribu," ujarnya
Meskipun banyak yang meminta atau memesan dalam jumlah banyak untuk hajatan atau upacara, Suciono tidak pernah menerima. "Saya tidak terima pesanan untuk upacara atau hajatan. Karena takut kuenya dingin dan beda rasa," tukasnya.
Untuk diketahui, kue Putu adalah jenis kudapan tradisional Indonesia berupa kue dengan isian gula merah dibalut dengan parutan kelapa dan tepung beras butiran kasar. Di beberapa daerah masih banyak ditemukan penjual kue putu.
Kue putu ini umumnya dihidangkan dalam warna putih dan hijau. Rasanya pun tidak jauh beda dengan jaja bendu khas Jembrana. Bedanya hanya pada gula di dalam kue ini.
Kue ini di kukus dengan diletakkan di dalam tabung bambu yang sedikit dipadatkan. Suara khas uap yang keluar dari alat suitan ini sekaligus menjadi alat promosi bagi pedagang yang berjualan.
Simak Video "Warga Lokal di IKN Bakal Diberi Pelatihan, Apa Saja?"
[Gambas:Video 20detik]
(kws/kws)
Cerita Pedagang Kue Putu di Jembrana: 20 Tahun Jualan-Raup Rp 300 Ribu/Hari - detikcom
Read More
No comments:
Post a Comment