TRIBUNKALTARA.COM, TARAKAN – Berbagai macam takjil tersedia di Pasar Ramadhan Kelurahan Pamusian di Tarakan. Salah satu yang menarik perhatian para pengunjung, yakni aneka kue tradisional khas Banajr dari Kalimantan Selatan.
Nur Salmiah, salah satu penjual kue tradisional khas Banjar. Bersama suaminya, Nur Salmiah tampak sibuk melayani pembeli di Pasar Ramadhan. Sembari melayani pembeli, TribunKaltara.com melakukan wawancara Bersama Ibu Nur Salmiah, atau yang akrab disapa Acil Nunuy.
Pasangan suami istri ini sudah puluhan tahun berjualan kue tradisonal khas Banjar Kalimantan Selatan.Kuenya langsung dibuat sendiri oleh tangan Acil Nunuy, tentunya dibantu sang suami.
Baca juga: Sajian Agenda Pemerintahan, Kadiisperindagkop Kaltara Harap Kue Tradisional jadi Menu Pilihan
Membuat kue tradisional khas Banjar ini sudah dilakukan sejak 1996 lalu. Dan pindah dari Kalimantan Selatan ke Tarakan sejak 2008 atau sekitar 15 tahun menetap di Tarakan sehingga wajar jika memiliki banyak pelanggannya di Tarakan.
Dikatakan Nur Salmiah, atau yang dikenal familiar warga Tarakan Acil Nunuy, aneka kue yang dijualkan rerata berada di harga Rp 20 ribu, ada juga Rp 30 ribu per mika. Untuk modal sendiri kurang lebih ia siapkan Rp 5 juta untuk 40 loyang yang diproduksi per harinya.
Dan selain berjualan di Pasar Ramadhan, ia juga membuka cabang di tiga lokasi lainnya tersebar di Tarakan. Di antaranya ada di depan Karaoke Fantasi Kelurahan Sebengkok, Hangtuah, dan Warung Halidah Coto Banjar.
Baca juga: Berburu Takjil di Pasar Ramadhan Tanjung Selor, Berbagai Panganan Tersaji, Ada Kue Lapis India
“Jadi kue-kue ini berasal dari Martapura, Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Kalau alamat kami ada di Jalan Lestari dekat pegadaian, ada pasar lama di daerah Kalsel. Kalau Acil jualannya sudah sejak tahun 1996, sudah lama,” aku Acil Nunuy.
Setiap harinya ia melayani pemesanan dari orang-orang. Karena ada kegiatan Pasar Ramadhan, ia juga ikut mengambil kesempatan mengais rezeki di Pasar Ramadhan.
Berbagai takjil yang ia jual di antaranya ada kue sari muka, bingka mawar, keraraban, amparan tatak pisang, sesumapan, pepare, babongko, rawan sari dan babongko.
Dikatakan proses pembuatan kue tradisional khas Banjar sendiri khususnya sari muka, harus menyediakan tepung beras, santan dan gula merah dan tidak menggunakan gula apalagi sari manis.
Takarannya sendiri, satu loyang kue tradisional khas Banjar terdiri dari tepung beras dua bungkus, beras 1 kg, gula merah setengah kg, gula putih seperempat kg dan santan kelapa dua biji. Nama kuenya Sari Moka Ketan. Harga jualnya seporsi Rp 20 ribu per mika. Dalam satu Loyang bisa dibagi menjadi 12 iris atau 12 potong.
Baca juga: BREAKING NEWS Hari Pertama Puasa, Warga Berburu Takjil di Pasar Ramadhan Pamusian
Untuk kue tradisional khas Bajar yakni, bingka kentang dihargai Rp 15 ribu, dan bingka mawar Rp 30 ribu, pare dihargai Rp 10 ribu. Perbedaaan bingka kentang dan mawar terletak pada bahannya. Jika bingka kentang menggunakan tepung, bingka mawar hanya menggunakan telur 15 biji, kelapa 6 biji, kentang 3kg dan gula pasir. Kemarin dijualkan sekitar 40 loyang. Di Pasar Ramadan ada sekitar 10 loyang dan cepat habis. “Kemarin laris yang sari muka,” ujarnya.
Untuk jenis sari muka ia buat empat macam dengan berbagai rasa ada cokelat dan rasa pandan hijau. “Acil buantnya dari pukul 02.00 WITA saat sahur subuh. Tidak ada istirahat. Ada anak buah, tapi turun pagi jam 7 baru bantu. Lanjut siang jualan jadi istirahatnya cuma waktu malam setelah Isya,” tukasnya.
(*)
Penulis: Andi Pausiah
Cerita Acil Nunuy, Puluhan Tahun Jualan Kue Khas Banjar, Selama Ramadhan Buka di Empat Lokasi - Tribun Kaltara
Read More
No comments:
Post a Comment