Hayati mengaku, cukup berat menjalankan usaha dodol cina ini sejak kepergian suaminya. Mengingat, Mulyadi merupakan salah satu perajin yang cukup piawai membuat kue tersebut. Dia pun tak tahu sampai kapan bisa bertahan menjalankan usahanya ini.
Mungkin, kata dia, setelah dirinya tiada, produksi Kue Keranjang produk turun temurun keluarganya ini akan punah. Karena, saat ini tak ada lagi generasi yang akan meneruskannya.
"Kami mungkin yang terakhir meneruskan usaha keluarga ini. Karena tak ada regenerasi, bisa jadi produksi kue kerajang kami tutup," seloroh dia.
Hayati mengklaim, dodol cina yang diproduksinya memiliki kualitas terbaik. Sebab, dari komposisi, dodol cina ini menggunakan bahan baku berkualitas. Serta, tidak menggunakan bahan pengawet ataupun perasa makanan.
Adapun bahan baku yang ia gunakan, yaitu beras ketan putih kualitas bagus yang digiling menjadi tepung. Lalu, gula pasir. Serta, air rebusan daun pandan.
Untuk menghasilkan dodol cina yang bagus, dia pun membocorkan rahasianya. Yaitu satu kilogram tepung ketan dicampur dengan dua kilogram gula pasir. Terus, dicampur air rebusan daun pandan. Dicampur, hingga teksturnya lembut.
"Yang paling utama, itu mengukusnya harus selama 14 jam. Jadi, dodolnya matang dengan sempurna. Warnanya, merah kecoklatan," kata dia.
Selama ini, lanjut dia, dodol cina buatannya ini banyak dilirik oleh konsumen yang telah menjadi pelanggan tetapnya. Salah satunya, pelanggan tetapnya yakni pemilik toko emas besar yang cukup terkenal di Kabupaten Purwakarta.
Karena masih banyaknya langganan itulah, dirinya masih terus konsisten memproduksi kue berbahan dasar tepung beras itu. Kendati, penganan ini hanya ia produksi setahun sekali saja.
Hayati pun tak menampik, jika pelanggan Kue Keranjang hasil produksinya ini terus mengalami penurunan setiap tahunnya. Terparah, turunnya penjualan tersebut terjadi saat adanya pandemi Covid-19.
"Sekarang mah pembelinya menurun. Bisa produksi 300 kilogram saja sudah bersyukur. Dulu mah bisa memproduksi sampai 5 sampai 8 ton," kata dia.
Penurunan penjualan dan produksi ini, bukan karena terjadi pandemi Covid-19 saja. Tapi, karena perminatnya juga menurun.
Terlebih, saat ini sudah banyak produk dodol cina dari luar daerah yang dijual di Kabupaten Purwakarta dengan menawarkan harga lebih murah.
"Sekarang banyak yang masuk dari luar daerah dengan harga lebih murah. Jadi, beberapa pelanggan beralih ke mereka. Tapi kami berani ngadu jika kualitas produk kami lebih unggul," kata dia.
Adapun Kue Keranjang atau dodol cina yang ia produksi, itu dibandrol dengan harga Rp 50.000 per kilogram atau per tiga pieces.
Mengenal Kue Keranjang, Kuliner Khas Purwakarta yang Hanya Diproduksi Setahun Sekali - Liputan6.com
Read More
No comments:
Post a Comment